Namanya Nenek Yuliati. Di usia senjanya, nenek berusia 68 tahun ini masih harus bekerja untuk menyambung hidup sebagai juru parkir. Tak hanya itu, Nenek Yuliati juga harus berjualan bensin eceran. Dua pekerjaan ini ia lakoni di Kawasan Pasar Niaga
Namanya Nenek Yuliati. Di usia senjanya, nenek berusia 68 tahun ini masih harus bekerja untuk menyambung hidup sebagai juru parkir. Tak hanya itu, Nenek Yuliati juga harus berjualan bensin eceran. Dua pekerjaan ini ia lakoni di Kawasan Pasar Niaga, Kota Banjarmasin. Selain harus kerja banting tulang, Nenek Yuliati juga masih harus merawat kakaknya, Nenek Siti Norhayati yang sudah cukup lama terbaring di rumahnya karena penyakit stroke.
Dengan dua pekerjaan yang dilakoninya, Nenek Yuliati sehari-hari mendapatkan penghasilan kurang dari Rp50.000. Penghasilan yang ia dapatkan, harus digunakan untuk biaya hidup serta menyewa tanah milik Pemko Banjarmasin yang ia tempati saat ini. Untuk membayar sewa tanah saja, Nenek Yuliati harus merogoh kocek sebesar Rp300.000 setiap bulan, belum lagi pengeluaran lainnya sebesar Rp200.000 untuk keperluan air dan listrik.
Di atas tanah yang ia sewa, Nenek Yuliati hanya tinggal di rumah dengan ukuran 6 x 3 meter. Di dalam rumahnya, hanya ada satu kasur yang ditempati oleh Nenek Norhayati yang terbaring sakit. Sementara Nenek Yuliati harus tidur di sofa tua yang lusuh. Sudah sekitar 30 tahun kedua nenek tersebut menghuni rumah kecil mereka. Tak ada kenyamanan yang bisa ditawarkan, hanya tempat untuk berteduh dari hujan dan panasnya sinar matahari.
Meski selalu dalam kondisi kesulitan, Nenek yuliati tak pernah lupa untuk beribadah. Di setiap sepertiga malam, ia bangun untuk sholat tahajud, meminta rezeki pada Allah SWT serta kesembuhan untuk sang kakak.