Dai di pelosok hidup dalam keterbatasan bahkan harus mencari kerja tambahan agar memenuhi kebutuhan keluarga. Mari muliakan mereka dengan bantuan pangan!
"Serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” (QS. al-Hajj/22: 67)
Sahabat, menjadi pendakwah atau guru mengaji bukanlah pilihan yang diminati oleh banyak orang di zaman sekarang. Terlalu banyak tantangan yang harus dihadapi dalam meluruskan aqidah saudara semuslim. Ditambah lagi, "hanyalah" pahala jariyah yang jadi bayarannya, tak cukup untuk memenuhi hasrat duniawi. Namun sebagai Muslim dengan orientasi hidup akhirat, materi bukan satu-satunya alasan untuk berhenti menyebarkan agama Islam. Para Dai terkhususnya di pedalaman rela berdakwah tanpa upah demi meraih prestasi orang yang berada pada jalan lurus seperti yang Allah subhanahu wata'ala sebutkan dalam surah Hajj ayat 67 di atas.
Sayangnya, para Dai di pedalaman ini tidak jarang harus menggadaikan hidup mereka demi tersebarnya agama secara merata. Kondisi ekonomi menjadi salah satu hal yang memprihatinkan.
Kisah datang dari Ustadz Sarman, yang mengabadikan hidupnya untuk mengajar mengaji dan agama islam anak-anak di Kabupaten Bogor, tepatnya di Kampung Pasir Honje. Ustadz Sarman seringkali harus merogoh kocek sendiri untuk membeli Al-Qur’an, membayar listrik, atau buku pelajaran agama untuk anak didiknya. Bahkan tempat mengaji anak-anak berdiri di atas lahan miliknya.
“Saya kerja apa saja, kuli bangunan atau buruh tani di ladang orang. Kalau lagi enggak ada kerjaan, listrik mati jadi anak-anak mengaji gelap-gelapan pakai lilin. Untuk makan sehari-hari dari buruh tani itu,” jelasnya.
Kondisi yang sama juga dialami Ustadz Mahfudz yang sudah 25 tahun bergelut di bidang dakwah. Mulai dari mengurus masjid sampai mengajar mengaji anak-anak yatim di sekitar rumahnya di Kelurahan Kalibata, Kota Jakarta Selatan.
Gaji yang diberikan tidak pasti tapi bagi pria berumur 63 tahun ini aktivitas mengurus masjid adalah bentuk pengabdian kepada Allah.
Sahabat, kisah-kisah inilah yang mendorong Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) untuk hadir dan membantu perjuangan para dai di pelosok negeri. Memang tujuan mereka adalah akhirat, namun sudah sepatutnya bagi kita untuk mengapresiasi pengabdian mereka yang sangat mulia.
InsyaAllah, melalui aksi Sejahterakan Dai Indonesia, ACT akan menyampaikan apresiasi berupa bahan pangan bagi para dai dan guru ngaji yang ada di berbagai wilayah Indonesia. Dengan segala ikhtiar ini, besar harapan agar taraf kesejahteraan hidup mereka dapat meningkat. Perjuangan mereka pun akan lebih teguh menghadapi berbagai rintangan.
Yuk, ikut serta membiayai para pejuang Allah. InsyaAllah, dalam setiap upaya mereka mengajar ilmu agama, ada pahala besar yang akan kita terima. Aamin.