Nur masih bisa merespon dan tersenyum ketika kami memanggil namanya. Usianya sudah empat belas tahun lebih, beranjak limabelas tahun. Sudah masuk usia remaja. Sayangnya akibat dari penyakit yang di deritanya, fisik Nur terlihat seperti anak berusia sepuluh tahun.

Nur terlahir dengan kelainan pada usus dan lubang anus yang menyempit/tertutup atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan Atresia Ani. Diusia tiga bulan Nur sudah pernah sekali di operasi.
Diusia menginjak sembilan tahun orangtuanya bercerai. Sejak saat itu, Nur tidak mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai lagi.
Karena kondisi ekonomi yang sulit diperantauan, ibunya terpaksa membawa Nur dan adiknya pulang ke kampung halaman tepatnya di Dusun Masjawari Desa Kancebungi Kec. Mawasangka Kab. Buton Tengah Prov. Sulawesi Tenggara.
Sebagai single parent dan kondisi Nur yang sakit-sakitan membuat aktivitas Marni (ibu Nur) dalam mencari nafkah menjadi terbatas. Setiap hari bekerja mengikat agar-agar dengan upah Rp 20.000/hari dan berjualan gorengan di sore hari.
Keterangan Gambar: Tampak dua adik Nur yang mengajak Nur bermain saat berjemur dipagi hari di depan Rumah Singgah Ditahun 2021, seiring waktu berjalan kondisi Nur bertambah parah. Nur menangis kesakitan setiap hari, wajahnya pucat, tubuhnya kaku karena menahan sakit dan perutnya membesar akibat feses yang tertampung diperutnya karena anusnya tertutup. Marni hanya bisa pasrah dan berdoa karena dengan kondisi ekonomi lemah, tidak mungkin baginya untuk merujuknya ke ibukota provinsi.

Beruntung kabar mengenai Nur terdengar oleh beberapa komunitas dan Lembaga social lokal. Hingga akhirnya, Nur bisa dibawa ke rumah sakit Bahteramas. Namun masalah tidak selesai sampai disitu, feses Nur yang mengeras dan berat badan Nur yang masih kurang membuatnya tidak bisa menjalani operasi.
Berat badannya hanya 12 kg, sementara berat badan yang ideal untuk bisa dilakukan operasi setidaknya berat badan Nur harus diatas 20 kg, idealnya 25 kg. Untuk itu, Nur disarankan untuk mengkonsumsi makanan bergizi, beberapa jenis susu dan suplemen khusus yang harganya sangat mahal. Sementara untuk makan dan tinggal saja ibunya hanya bisa bergantung dan menumpang di rumah kontrakkan yang dijadikan rumah singgah dengan kondisi seadanya.
Saat ini tim ACT Kendari sedang berikhtiar untuk menggalang dana agar Nur bisa mengkonsumsi makanan bergizi setiap harinya serta susu dan suplemen yang disarankan dokter sampai berat badannya mencapai 25 kg. Selain itu, dana yang tekumpul akan dimanfaatkan juga untuk membantu ibunya membuka usaha agar taraf kehidupan ekonomi keluarganya meningkat sehingga dapat keluar dari keterpurukan ekonomi yang melanda hidup mereka.