Kemiskinan, Kelaparan, Ketidakpastian hukum, dan Ketidakjelasan masa depan harus dirasakan oleh masyarakat Rohingya. Mari kita bantu mereka, agar dapat hidup seperti sediakala.
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Sudah bertahun-tahun berlalu, masih teringat jelas tragedi kemanusiaan yang merenggut banyak korban jiwa etnis Rohingya yang tak berdosa. Etnis Rohingya ditembaki, disiksa bahkan dibakar perkampungannya. Pembantaian yang diduga sebagai “Niat Genosida” itu meninggalkan banyak luka dan duka yang begitu mendalam.
Etnis Rohingya yang masih bertahan di tanah asalnya tidak memiliki status kewarganegaraan, mereka hidup tanpa hak-hak dasar yang umumnya diperoleh setiap manusia. Hanya sekadar bisa bertahan hidup saja pun sudah sangat mereka syukuri.
Tak berbeda jauh nasibnya, etnis Rohingya yang mengungsi pun tak kalah perihnya. Hingga kini kemiskinan, kelaparan, ketidakpastian hukum dan ketidakjelasan masa depan masih harus ditanggung oleh mereka yang mengungsi ke beberapa negara. Mereka harus memenuhi kebutuhan dasarnya dengan mengandalkan bantuan kemanusiaan. Lebih dari itu, masalah kesehatan pun rentan sekali menyerang mereka.
Kabar terkini di penghujung Desember 2021
Terjadi lagi, ratusan pengungsi Rohingya terombang-ambing di lautan lepas dekat Bireuen.
Selama sebulan lamanya, 120 pengungsi yang didominasi anak-anak dan perempuan harus berdesakan di dalam kapal demi mencari tempat aman. Mereka kelaparan, sakit hingga dikabarkan ada yang meninggal dunia di atas kapal, dan jenazahnya dibuang ke lautan
Laa hawla walaa quwwata 'illa billah.
Saat ditemukan, mesin kapal yang mereka tumpangi dalam keadaan mati dan diprediksi akan tenggelam. Namun Alhamdulillah, saat ini nelayan Bireuen tengah menarik kapal pengungsi Rohingya untuk dibawa ke kawasan Kuala Meureudu. Sekali lagi, warga Aceh menunjukkan kebesaran hatinya menerima para pengungsi Rohingya yang teraniaya.
Total sebanyak 51 perempuan, 58 anak-anak dan 11 orang laki-laki menjadi penumpang kapal ini. Mereka sangat membutuhkan makanan dan minuman karena sudah cukup lama berada di lautan lepas.
Sahabat, ini adalah pengingat untuk kita semua bahwa saat ini masih banyak etnis Rohingya hidup tanpa hak-hak dasar, mereka tak memiliki kewarganegaraan hingga harus berpindah demi mencari tempat aman.
Menurut Catatan WHO, diperkirakan ada lebih dari 900 ribu pengungsi Rohingya di Cox’s Bazar. Dari jumlah hampir satu juta orang pengungsi, WHO menyebut semua pengungsi Rohingya di Kamp Pengungsian menghadapi kerentanan kesehatan. Belum lagi etnis Rohingya yang mengungsi ke lokasi lain dan sulit diketahui kabarnya. Lalu bagaimana kondisi anak-anak Rohingya yang hidup di pengungsian tanpa orang tua?
Melihat kondisi itu, Aksi Cepat Tanggap mempunyai tekad untuk terus berkomitmen membangun kembali kehidupan masyarakat Rohingya dengan bantuan seperti pangan, pakaian, sumber air dan beragam bantuan lain yang dibutuhkan. ACT tidak bisa bekerja sendirian, kami butuh doa, dukungan dan bantuanmu! Mari sedekah dan bersama-sama bantu Rohingya!
“Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)